Featured

Be more with less: hidup minimalis.

slider1-1

Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya telah saya rasakan selama delapan tahun terakhir sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Sebagai anak yang besar dari keluarga moderat Batak yang menjunjung tinggi pendidikan di atas segala-segalanya, berpisah dari sanak keluarga di tempat asal bukanlah sesuatu yang baru karena memang mayoritas begitu adanya. Meskipun saya lebih dulu merasakan “sedihnya” berpisah dari keluarga dan hidup mandiri sejak umur 15 tahun. Usia dimana anak-anak seumuran saya masih sibuk memikirkan soal asmara nun indahnya. Lain hal dengan saya yang harus menyikapi hidup sedikit lebih serius dibandingkan mereka. Namun hal tersebut menjadi modal besar saya hingga mampu menjadi pribadi tangguh seperti saat ini.

Pindah dari satu tempat ke tempat lain merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Menyenangkan karena kita akan bertemu dengan orang-orang baru dengan suasana baru, namun menyebalkannya adalah ketika kita harus memindahkan barang-barang ke tempat baru. Terlebih ketika barang-barang tersebut tidak sedikit jumlahnya.

Saya termasuk nomader yang memiliki banyak sekali barang di kamar saya yang hanya berukuran 3×4 m². Sebagai orang yang juga suka berpelesir, tidak sedikit cinderamata yang saya beli sebagai kenang-kenangan. Mulai dari miniatur, lukisan, tas, sepatu, patung, dan masih banyak lainnya. Yang tentunya membuat kamar saya semakin penuh terisi. Saya juga termasuk orang yang suka membaca segala macam buku ilmu pengetahuan. Saat saya pindah dari kota asal saya di Pematangsiantar, Sumatera Utara ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi, saya membawa beberapa buku saya dalam satu koper medium penuh. Itu buku yang sudah saya sortir dengan kemungkinan digunakan saat saya menempuh pendidikan di bangku perkuliahan. Selebihnya saya tinggalkan di rumah. Ditambah dengan buku-buku yang saya beli saat saya kuliah baik buku pelajaran maupun buku-buku fiksi maupun non-fiksi. Belum lagi, saya berlangganan koran lokal versi hardcopy. Kegemaran saya dalam menata ruangan juga saya salurkan dalam ruangan kamar saya yang ala kadarnya itu dengan membeli beberapa furnitur yang saya suka. Tak lupa pula, barang-barang seperti baju, celana, sepatu, dan tas yang juga meramaikan singgasana saya. Jadi bisa dibayangkan seperti apa space kamar saya tersebut.

Tahun 2016 lalu, saya menemukan sebuah website yang cukup menyadarkan saya jika gaya hidup yang saya jalani saat ini termasuk kurang baik. Website tersebut adalah http://www.bemorewithless.com sesuai dengan judul dari tulisan ini. Penulisnya adalah Courtney Carver yang sudah menulis gaya hidup minimalis sejak tahun 2010 namun saya baru menemukannya enam tahun kemudian. Menemukan website Carver ini tentu punya alasan. Saat itu, saya sedang melakukan refleksi diri terhadap hal-hal yang sudah saya lakukan selama beberapa tahun belakangan. Saat itu, saya menemukan hal penting bahwa selain menata diri baik jiwa dan pikiran untuk menjadi pribadi yang lebih baik, ternyata ada hal lain yang juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Hal yang saya temukan tersebut adalah dengan menata apa yang seharusnya kita punya dan miliki. Atau bahasa mudahnya adalah dengan memiliki apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.

Berangkat dari keinginan untuk mulai menata perilaku dalam urusan “stuff”, saya berselancar di dunia maya untuk menemukan acuan yang tepat mengenai hal-hal yang harus saya lakukan untuk mulai hidup sebagai seorang minimalist. Hingga saya menemukan laman Carver yang cukup lengkap bisa dijadikan informasi bagaimana seharusnya kita menata apa yang kita punya.

Saya mulai mengikuti tips-tips yang Carver paparkan dan masih terus berusaha untuk menerapkannya hingga saat ini. Memang susah, pada awalnya. Terlebih jika kalian memiliki kebiasaan “membeli apapun yang disuka”. Karena menjadi seorang minimalis menuntut kita untuk mampu memilah apapun yang akan kita beli berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Pikiran “Beli saja dulu. Lihat nanti bisa digunakan untuk apa” harus mulai disingkirkan karena memang hal inilah yang menyebabkan kita memiliki banyak sekali barang namun tidak semuanya kita gunakan sehari-hari. Atau bahkan tidak pernah kita gunakan sama sekali.

Sebagai tindak lanjut, saya pun mulai menata apa yang saya punya. Setelah menata dan memilah, saya kaget dan tercengang karena saya memiliki banyak sekali barang yang bahkan saya tidak pernah gunakan sekali pun. Setelah saya akumulasi, barang-barang tersebut mencapai angka belasan juta. Belasan juta untuk hal yang tidak pernah saya gunakan atau hanya digunakan sesekali? Luar biasa. Konteksnya bukan boros namun lebih kepada membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan. Hanya ingin. Sekali lagi, hanya ingin.

Awalnya saya bingung harus diapakan barang-barang tersebut karena memang saya tidak memerlukannya dan hanya digunakan sesekali saja. Alhasil saya memilah-milah barang mana yang memang sudah tidak layak digunakan dan sebaiknya dibuang saja serta barang mana yang bisa dijual atau disumbangkan bagi orang yang membutuhkannya. Ada beberapa barang menurut saya masih memiliki nilai yang saya jual ke teman yang memang ingin memilikinya dan memang bermanfaat buat mereka dan ada juga yang saya jual di lapak online. Sisanya, saya donasikan kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk buku-buku yang sudah saya miliki selama hampir delapan tahunan. Ada yang saya sumbangkan ke sekolah, perpustakaan independen, perpustakaan kampus serta ada juga yang saya berikan kepada junior saya di kampus yang memang lebih membutuhkan buku tersebut dibandingkan saya saat ini.

Lantas apa saya menjadi kekurangan? Tentu tidak. Karena saya memiliki apa yang saya butuhkan saat ini. Menjadi seorang minimalis bukan berarti menjadikan kita pribadi yang pelit dan perhitungan, namun lebih dari itu. Menjadi minimalis juga mampu membentuk sistem pikiran kita untuk melihat sesuatunya menjadi lebih mudah. Ketika ada masalah, hadapilah masalah dengan sikap seorang minimalis. Tidak membesar-besarkannya namun mencari jalan keluar yang semudah-mudahnya.

Hingga saat inipun, saya masih belajar. Terkadang sesekali saya juga masih membeli sesuatu yang pada akhirnya tidak saya perlukan. Namun intensitas dan kuantitas nya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Belajar butuh proses dan dalam proses itulah sejatinya perubahan, bukan hasil akhirnya.

Perubahan sedikit demi sedikit telah saya rasakan. Saya merasa cukup dan tidak berlebihan. Saya tidak berkekurangan meskipun saya hidup sebagai seorang minimalis. Namun saya justru merasa lebih. Sebagai seorang Muslim, hidup sebagai seorang minimalis juga sudah diatur sebagaimana mestinya karena Tuhan tidak suka sesuatu yang sifatnya berlebihan. Hal tersebut tertulis dalam Surah An’am/6: 141 yang isinya “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” Lihat?

Menjadi seorang minimalis memang membutuhkan proses. Proses yang tidak mudah, kadang butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi serta harus berkomitmen terhadap diri sendiri kalau kita memang harus hidup dengan apa yang seharusnya kita butuhkan, bukan hanya sekedar memenuhi apa yang kita inginkan.

Manusia itu hanya butuh sedikit. Ego-lah yang membuatnya menjadi banyak.

Mari berdiskusi mengenai hidup minimalis. andikasagar@gmail.com

Suka Duka Melamar Kerja di Kedutaan Asing

embassy-istockHalo, para pencari kerja yang masih semangat dan tidak pernah putus asa dimanapun Anda berada!

Semoga kabarnya selalu sehat dan bahagia meskipun galau karena belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passion masing-masing. Atau bagi yang sudah bekerja saat ini namun belum cukup puas dengan posisi ataupun jenis pekerjaan yang dijalani saat ini.

Bersyukur lah, Anda tidak sendiri karena Anda (saya juga sih) bersama dengan 7.02 juta orang Indonesia yang saat ini status pekerjaan nya sangatlah mulia yaitu mengabdi pada orangtua di rumah. Atau bahasa kekiniannya: pengangguran. Hidup pengangguran Indonesia!

Sesuai judul, tulisan saya kali ini akan lebih membahas seluk-beluk mengenai pengalaman saya dalam melamar pekerjaan di beberapa kedutaan asing yang ada di Indonesia. Ini hanyalah pengalaman pribadi penulis sehingga bisa saja berbeda dengan pengalaman orang lain yang juga pernah melewati ketatnya seleksi untuk bekerja di kedutaan asing.

Sebagai sarjana Hubungan Internasional yang idealisnya masih ingin bekerja di sektor pemerintahan atau instansi yang ada hubungannya dengan hal-hal berbau “politics-economics-cultures” tentu tidaklah mudah diraih namun bukan berarti tidak bisa dicapai. Intinya, jangan pernah berhenti mencoba selagi masih ada kesempatan untuk mencoba.

Meskipun saat ini saya sudah bekerja di perusahaan konsultan bisnis yang sangat profit oriented dan memiliki karir yang cukup baik jika ditekuni dengan sabar, namun semua orang tentu punya cita-cita, kan? Saya bekerja dengan baik namun mungkin ini bukan yang terbaik buat saya. Saya ingin mencoba hal-hal baru dan tentu meraih cita-cita saya. Di sela-sela pekerjaan yang sangat-super sibuknya, saya masih menyempatkan diri untuk membuka laman resmi berbagai kantor kedutaan asing yang ada di Indonesia untuk melihat lowongan yang tersedia. Anda bisa googling secara langsung kedutaan asing apa yang Anda tuju atau jika ingin melihat lebih lengkap kantor kedutaan/konsulat asing apa saja yang ada di Indonesia, bisa lihat di laman Kementerian Luar Negeri RI berikut ini. http://kemlu.go.id/id/kedutaan/default.aspx

Saya pribadi, sejauh ini telah melamar ke beberapa kedutaan asing negara-negara besar. Antara lain Kedutaan Amerika Serikat, Kedutaan Australia, Kedutaan Belanda, Kedutaan Inggris, dan Kedutaan Jerman. Selain itu saya juga pernah melamar ke beberapa kedutaan asing negara berkembang dan kecil seperti Kedutaan India dan Kedutaan Sudan Selatan. Well, untuk Sudan Selatan ini saya hanya iseng mengirimkan aplikasi lamaran kerja karena skripsi saya dulu membahas mengenai konflik etnis yang ada di salah satu wilayah negara Sudan Selatan tersebut. Kali aja dipertimbangkan. Padahal yah tidak ada hubungannya.

Dan dari kesekian kalinya saya mengajukan lamaran pekerjaan ke kedutaan-kedutaan asing tersebut, hampir semuanya menolak saya atau bahkan tidak lolos tahap administrasi. Sungguh malang sekali nasib saya. Menurut analisis pribadi saya dan berbekal dukungan opini dari beberapa rekan, kemungkinan besar saya tidak lolos tahap seleksi administrasi dikarenakan ada persyaratan yang tidak saya penuhi atau dalam bahasa nya mereka “not qualified candidate”. Misalnya, pengalaman bekerja. Nah, ini nih yang seringkali membuat nyali fresh graduate langsung down ketika melihat lowongan pekerjaan yang jumlahnya ribuan namun mensyaratkan pengalaman bekerja minimal 1-2 tahun atau bahkan ada yang menurut saya posisi tersebut merupakan posisi yang “biasa-biasa saja” namun untuk melamar ke posisi tersebut disyaratkan harus memiliki pengalaman > 3 tahun. Kan bikin nangis di pojokan. Nasib fresh graduate.

Memang untuk perusahaan besar ataupun sekelas kantor kedutaan asing, mereka tidak sembarangan untuk merekrut karyawannya. Sehingga, kandidat yang mereka butuhkan haruslah well-qualified sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan atau kedutaan asing tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, ada kedutaan asing yang juga mensyaratkan nilai kemampuan Bahasa Inggris tertentu contohnya TOEFL native speaker.

Dan inti dari semuanya itu adalah memang kedutaan asing mencari kandidat karyawan yang memiliki potensi dan kredibilitas yang mumpuni. Tidak hanya di kedutaan asing, namun di berbagai instansi juga pasti ingin kandidat karyawannya memiliki sumber daya yang berkualitas sehingga mampu menjadi representasi instansi yang kredibel.

Lalu, sampai tahap mana proses melamar saya di kedutaan-kedutaan asing tersebut? Apakah ada yang berakhir dengan kebahagiaan? Mudah-mudahan saja. Karena saat ini saya sedang menjalani proses seleksi untuk salah satu posisi di Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta. Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena setelah sekian kali di tolak (rasanya sakit banget dibanding ditolak gebetan. Serius) oleh kedutaan-kedutaan tersebut, tahapan administrasi pertama berhasil saya lalui. Ini sudah cukup membahagiakan bagi saya. Saya pun diundang untuk mengikuti tahapan selanjutnya yaitu tes kemampuan Bahasa Inggris.

Meskipun Anda sudah melampirkan sertifikat TOEFL/TOEIC/IELTS di berkas lamaran aplikasi pekerjaan, Anda tetap harus mengikuti salah satu rangkaian proses seleksi ini jika ingin bekerja di Kedutaan Amerika Serikat di Indonesia.

Berikut ini merupakan screenshot yang mewajibkan kandidat yang lolos seleksi administrasi untuk mengikuti English test.

Untitled

Saat itu, saya submit aplikasi lamaran saya pada tanggal 15 Agustus 2016 dan saya diberi notifikasi jika saya lolos ke tahap berikutnya pada tanggal 26 Agustus 2016 yang berarti sepuluh hari setelahnya. Ini cukup singkat mengingat kebanyakan seleksi administrasi yang memakan waktu > 2 minggu bahkan ada yang sampai dua bulan lamanya. Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya pikiran si pelamar yang digantung (red: PHP) tersebut.

Dalam proses aplikasi, masing-masing kedutaan memiliki aturannya masing-masing terkait dokumen apa saja yang dibutuhkan. Misalnya Kedutaan Amerika Serikat yang mengharuskan pelamar untuk melengkapi sebuah form yang dinamakan Universal Application for Employment (Form DS-174). Klik link ini https://id.usembassy.gov/wp-content/uploads/sites/72/2016/07/DS-174-editable.pdf jika Anda ingin melihat seperti apa penampakan formulir tersebut. Ada beberapa hal yang harus Anda isi dengan lengkap. Ingat, DENGAN LENGKAP! Sekali lagi saya ulangi, DENGAN LENGKAP! Tidak boleh ada yang tidak diisi satupun. Pengalaman saya sebelumnya, saya menghiraukan beberapa pertanyaan yang tidak sesuai dengan saya dengan cara mengkosongkannya. Alhasil, jelas sekali jika saya tidak lolos tahap seleksi administrasi tersebut. Well then, experiences let you learn to be better.

Untuk melamar pekerjaan di Kedutaan Amerika, adapun berkas yang saya lampirkan selain Form DS-174 tersebut antara lain tentunya resume (CV), ijazah dan transkrip nilai (tidak perlu Anda convert ke Bahasa Inggris), sertifikat TOEFL (selain TOEFL juga boleh, yang penting menunjukkan kemampuan berbahasa Anda) serta sertifikat pendukung lainnya. Bisa sertifikat keahlian komputer, keahlian mengetik, menyetir dan lainnya. Ingat, sesuaikan dengan posisi yang Anda lamar. Anda tidak perlu melampirkan sertifikat menjahit jika Anda melamar ke posisi Computer Management Assistant, misalnya. Lampirkan lah sertifikat keahlian pendukung yang sesuai dengan posisi yang Anda lamar. Saya kira, Anda juga paham akan hal ini, bukan? Untuk FAQ mengenai aplikasi lamaran kerja di Kedutaan Amerika Serikat, silahkan buka link ini. https://id.usembassy.gov/embassy-consulates/jobs/how-to-apply/

Ada juga yang mewajibkan kandidat pelamarnya harus menjawab beberapa pertanyaan yang sudah ditentukan oleh kedutaan asing tersebut. Contohnya adalah Kedutaan Australia yang mengharuskan kandidatnya mengisi formulir Selection Criteria yang terdiri dari 4-5 pertanyaan. Pertanyaannya berhubungan dengan posisi yang Anda lamar kok. Misalnya saat itu, saya melamar untuk posisi Visa Support Officer untuk Department of Immigration and Border Protection. Pertanyaan nya tentu seputar pengetahuan saya mengenai sektor korporasi ataupun pemerintahan, bagaimana pengalaman saya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan/pengunjung hingga bagaimana saya menangani situasi pekerjaan yang menuntut mobilitas tinggi dengan kemungkinan adanya rotasi shift pekerjaan. Semuanya harus Anda jawab dengan pengalaman bekerja Anda sebelumnya. Bagi yang belum pernah bekerja, bisa jelaskan bagaimana pengalaman Anda sewaktu kuliah dulu terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Kedutaan Inggris juga begitu. Mereka mensyaratkan kandidat pelamar untuk mengisi form yang telah ditentukan. Tidak berbeda jauh dengan formulir DS-174 Kedutaan AS. Bedanya cuma dalam segi warna saja. Kalau form punya Kedutaan AS hitam-putih saja sedangkan form Kedutaan Inggris ada warna birunya. (Please. Ini gak penting ya sebenarnya. Laugh out loud.)

Untuk kedutaan asing lainnya, saya cuma mengirimkan resume beserta dokumen pendukung lainnya karena tidak mensyaratkan untuk mengisi formulir tertentu.

Kembali lagi ke tahapan seleksi di Kedutaan AS. Senin pagi (28/8) saya menghubungi pihak Human Resources untuk menanyakan perihal English test tersebut. Lokasi ujiannya bertempat di Gedung Sarana Jaya di Jalan Budi Kemuliaan I/I Jakarta Pusat. Namun yang ingin saya tanyakan saat itu adalah mengenai tahapan seleksinya, apakah setelah English test akan langsung dilanjutkan dengan tahapan selanjutnya atau tidak. Dan tentunya untuk memastikan berapa lama saya harus berada di Jakarta karena saya tentu harus izin dari kantor tempat saya bekerja saat ini.

Dan betapa beruntungnya saya karena pihak Kedutaan AS di Jakarta menawarkan saya untuk melakukan test Bahasa Inggris di kantor konsulat nya yang ada di Surabaya karena ditelfon saya bilang jika saya residen Surabaya. (Mungkin stafnya kasihan kepada saya kali ya atau mungkin ini kemudahan yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya ini). Yang pertama, saya sangat terbantu karena menghemat anggaran yang dibutuhkan untuk PP Surabaya-Jakarta-Surabaya. (Maklum, masih pegawai kelas bawah). Yang kedua, saya bisa memaksimalkan waktu untuk mempersiapkan test tersebut dengan baik. Jadwal test Bahasa Inggris yang seharusnya dijadwalkan pada tanggal 1 September 2016 pun diundur menjadi keesokan harinya tanggal 2 September bertempat di kantor Consulate General United States of America yang berada di daerah Citraland, Surabaya Barat.

Test nya dimulai pada pukul 09.00 WIB dan saya berangkat pukul 07.15 dari rumah saya yang berada di Surabaya Selatan. Mengingat jaraknya yang cukup jauh mencapai 32 km dan memakan waktu lebih kurang satu jam perjalanan menggunakan sepeda motor, saya pun tiba di kantor Konsulat AS pada pukul 08.15 WIB. Sesuai dengan jadwal yang ditargetkan oleh Google Maps. (Thanks, Google!) Sewaktu kuliah dulu, saya sudah pernah beberapa kali ke kantor Konsulat AS untuk kepentingan praktikum kuliah maupun menghadiri acara-acara yang diadakan oleh Konsulat AS.

Karena saya tiba lebih awal, otomatis saya harus menunggu hingga pukul 09.00 WIB di ruangan screening ditemani oleh beberapa ajudan tegap yang selalu siap siaga melayani pengunjung. Karena semua peralatan elektronik sudah disita (disimpan sama pihak konsulat, maksudnya), jadilah saya mengalami momen kebuntuan tidak tahu harus berbuat apa. Alhasil, kegiatan saya menunggu saat itu adalah dengan memperhatikan kegiatan cleaning service yang sedang bersih-bersih kamar mandi yang tepat berjarak 30 meter dari tempat saya duduk. Hingga, tidak terasa pukul 09.00 WIB juga dan saya dikagetkan (lebay) dengan kedatangan Mrs. X dari HRO yang sudah appointed dengan saya untuk mengawasi ujian Bahasa Inggris saya nantinya. Nama saya rahasiakan untuk privasi yang bersangkutan ya.

Mrs. X pun langsung guiding saya untuk menuju gedung konsulat yang tidak terlalu besar namun sangat bernuansa kantor pemerintahan Amerika dengan bangunan yang sangat gagah dan kuat. Biasanya, saat saya mengikuti kegiatan-kegiatan kuliah ataupun seminar di Konsulat AS, ruangan yang biasa dipakai adalah ruangan Information Resource Centre (IRC) yang berada di lantai 1 yang setidaknya bisa menampung peserta seminar hingga 80 orang. Awalnya saya kira, saya akan ujian di Perpustakaan IRC yang sangat nyaman dan referensi buku-buku tentang Amerika nya sangat lengkap itu. Tapi ternyata tidak demikian saudara-saudara. Saya ujian di lantai 2 di ruangan “training room” yang satu lantai dengan ruangan para staf konsulat AS. Ini pertama kalinya saya ke lantai 2 dan sangat workable banget tempatnya. Di dinding-dinding bergelantungan lukisan-lukisan abstrak maupun foto-foto kegiatan Kedutaan/Konsulat AS di Indonesia. Dan di dinding sebelahnya ada kain panjang warna coklat (saya kurang paham ini kain corak dan khas daerah mana) yang melintang sepanjang 2 meter. Sungguh saya ingin mengabadikan lorong ruangan yang Instagramable tersebut namun sayangnya smartphone saya kan ditahan di ruang screening.

Dan, apa yang terjadi di ruangan ujian? Apakah saya disuruh menyanyi? Tentu tidak saudara-saudara. Tentunya saya ya ujian. Yaiyalah.

Ruangan yang dipenuhi oleh komputer lengkap dengan ­set-board nya tidak jauh berbeda dengan ruangan untuk ujian komputer pada umumnya. Saya kira saya akan test Bahasa Inggris menggunakan komputer ataupun soal-soalnya akan dimunculkan di komputer, tetapi saya keliru. Saya diberikan booklet yang isinya kumpulan soal listening, grammar, vocabulary dan reading beserta answer sheet yang harus diisi menggunakan pensil 2B. Saya kira saya bakal mengerjakan soal-soal TOEFL yang umumnya dikeluarkan oleh ETS. Namun kali ini ujian nya hanya berupa English Placement Test oleh CaMLA (Cambridge Michigan Languange Assesment). Saya tidak bilang test nya gampang, namun juga tidak susah. Menurut saya, sedang-sedang saja asal fokus dan konsentrasi. Masih lebih susah soal-soal keluaran ETS atau PTE kok.

Waktu ujian yang diberikan hanya satu jam dan berakhir pada pukul 10.00 WIB. Alhamdulillah saya bisa mengerjakannya dengan sebaik dan semampu saya. Mrs. X bilang, notifikasi hasilnya akan diumumkan melalui e-mail dan jika berhasil maka akan langsung ke tahap selanjutnya yaitu interview. Setelah tahapan tersebut berhasil dilewati, maka akan dilanjutkan dengan tahapan medical check-up.

Saat ini saya sedang menunggu hasil dan pengumuman dari English test tersebut. Semoga saya diberikan kesempatan untuk lanjut ke tahap berikutnya. Amin ya Allah. Doakan ya.

Berikut, laman website yang bisa Anda akses jika ingin melihat lowongan pekerjaan dari beberapa kedutaan asing di Indonesia.

Atau Anda juga bisa coba mengajukan aplikasi lamaran kerja di ASEAN Secretariat yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja 70A, Jakarta. Mereka selalu membuka lowongan pekerjaan untuk posisi level junior hingga senior. Silahkan cek di website ini http://asean.org/opportunities/vacancies-asec/

Saat ini saya juga sedang mengajukan aplikasi lamaran kerja di ASEAN Secretariat tersebut. Proses sortir mungkin sedang dilakukan dan semoga juga ada kabar baik.

Selain itu, mungkin ada teman-teman yang ingin bekerja di kantor kedutaan negara sendiri (Republik Indonesia) yang tersebar di 75+ negara di dunia dengan mengajukan lamaran sebagai local staff di Kedutaan Besar/Konsulat Jenderal Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. Memang pihak Kemlu tidak membuka lowongan sebagai local staff secara berkala karena tergantung kebutuhan masing-masing KBRI/KJRI juga. Berdasarkan informasi dari salah satu staff kepegawaian yang saya kenal sewaktu magang di Kemlu tahun 2015 lalu, beliau bilang jika kebutuhan akan local staff di luar negeri sangat tinggi mengingat jumlah staff yang ada di suatu KBRI/KJRI sangatlah kurang mengingat pekerjaan yang harus dikerjakan sangatlah banyak dan kompleks. Namun tentu hal ini juga akan berkaitan dengan anggaran negara. Sehingga proses rekrutmen nya juga tidak dibuka dengan serentak dan didasarkan atas kebutuhan dan permintaan KBRI/KJRI saja. Beliau menyarankan agar mengajukan aplikasi saja ke Kemlu. Dipanggil atau tidaknya, itu tergantung kebutuhan Kemlu.

Adapun berkas-berkas yang diperlukan untuk melamar sebagai local staff antara lain :

  1. Surat Lamaran Kerja
  2. Resume (CV)
  3. Fotokopi Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) legalisir
  4. Fotokopi Kartu Pencari Kerja (AK-1/Kartu Kuning) legalisir
  5. Fotokopi Izajah S1/S2/S3 legalisir
  6. Fotokopi Transkrip Nilai legalisir
  7. Passphoto ukuran 4×6 (3 lembar) berwarna (latar biru/merah bebas)
  8. Fotokopi Sertifikat Bahasa Inggris (TOEFL/IELTS/etc)
  9. Fotokopi Sertifikat bahasa lainnya (jika ada)
  10. Fotokopi KTP
  11. Fotokopi SIM A/ SIM Internasional (jika ada)

Berkas tersebut dikirimkan melalui POS ke :

Biro Kepegawaian
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Gedung Utama Lt. 6
Jl. Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10110 Indonesia

Saya juga sudah mengajukan aplikasi saya untuk menjadi local staff mengingat kabar yang saya dapatkan dulu sewaktu magang di Kemlu jika pemerintah akan melakukan moratorium CPNS Kemlu selama lima tahun ke depan. Jadi jika hal tersebut benar, maka pendaftaran CPNS Kemlu akan dibuka kembali pada tahun 2020. Semoga keberuntungan selalu menyertai kita ya saudara-saudara terkasih. Amin ya Allah.

PS: Hingga saat ini sih saya belum ada notifikasi apa-apa dari Kemlu. Berusaha, bersabar dan berdoa saja ya buat yang terbaik.

Kalau ingin tahu bagaimana pengalaman pelamar yang lolos menjadi local staff KBRI bisa kunjungi laman Mas Haris Agung yang diterima menjadi local staff KBRI Tripoli, Libya di link ini http://www.promobagus.top/2015/02/awal-perjalanan-seorang-local-staff.html atau pengalaman rekan lainnya di https://myfootstories.wordpress.com/2015/09/21/my-story-seleksi-penerimaan-staff-lokal-kbri-kjri-periode-ii-tahun-2015-tahap-i/ Atau mau tahu proses seleksinya seperti apa bisa kunjungi laman ini http://extremecracker.blogspot.co.id/2015/10/lika-liku-local-staff.html

Tetap semangat dan jangan letih mencoba ya!

Semoga bermanfaat dan jangan sungkan untuk meninggalkan komentar. Atau bisa juga lanjut diskusi dan berbagi pengalaman dengan saya melalui andikasagar@gmail.com Manatau kita jodoh!

End.